Sepasang merpati itu memandangiku, entah mengapa aku berfikir mereka adalah sepasang kekasih..mungkin karena sedari tadi aku melihat mereka berdua,padahal bisa saja mereka adalah saudara atau teman, ah..sama sekali tidak penting..yang penting 2 makhluk itu sedari tadi memandangiku.mungkin mereka ragu mau mendekatiku atau tidak, karena sepertinya aku seperti orang yang butuh uluran tangan atau sekedar ditemani..mungkin mereka berfikir seperti itu karena saat ini aku memang sedang basah kuyup berdiri mematung di seberang jalan.aku pun tak bergerak kemanapun untuk mencari tempat berteduh padahal jalan di depanku pun tak ada kendaraan lalu-lalang..aku hanya ingin sendiri,menikmati hujan. Hujan bagiku memberi kedamaian, mencairkan kebekuan hatiku yang selama ini tercampur dengan berbagai perasaan.
Agak tertawa hatiku mendengar merpati itu khawatir tentang diriku, karena menurutnya aku menunggu kendaraan lewat dan akan bunuh diri, aku hanya tersenyum kepada mereka dan mengucapkan terimakasih karena telah memberiku perhatian.
Mereka tersenyum simpul mendengar penjelasanku,mereka pun meninggalkanku tanpa aku minta.dan aku tetap berdiri bersama hujan..sampai hujan reda.
Aku begitu menikmati langit saat tak tampak birunya, aku juga menikmati daun segar terkena hujan, aku menikmati orang-orang yang berlarian mencari tempat teduh, orang-orang yang begitu khawatir dan memanggil anak-anaknya untuk segera masuk ke rumah,karena hujan datang..
Ah..aku rindu ibuku..
Aku ingin ia tahu aku disini, aku ingin dia memanggilku seperti dulu saat hujan nasi disajikan hangat dan lalapan di ruang keluarga, berlatar jendela kaca yang buram oleh titik hujan..berbagi berbagai cerita dan nasehat, saling melempar tawa,,aku masih ingat manis tawanya kala itu..saat hujan ayahku segera mengeluarkan mantelnya dari motor,dan kami bermantel bersama..
Aku tahu setiap sholat ibuku memanjatkan doa untukku, aku lihat sendu matanya dan bulir air mata yang terurai di kelopak matanya,Aku tahu ayahku masih sering tidur di kamarku atau sekedar merapikan buku-bukuku, saat itu tak akan kembali, saat aku selalu memanggil ayahku saat terbangun tengah malam,meminta dengan manja mengantarku ke kamar mandi tengah malam.
Dulu aku bosan mendengar ibuku memberiku nasehat, tapi semakin besar aku makin ingin mendengar ia berbicara, karena di setiap bicaranya adalah nasehat, dan aku selalu berfikir, bagaimana bisa aku bisa seperti dia di kehidupanku nanti, apa yang aku punya tidak sebanding dengannya.
Jangan berfikir aku capek berdiri disini, aku tak merasakannya, lagipula hujan pun belum reda, biarkan aku menikmati rahmat Allah yang satu ini, bukankah hujan adalah rahmat tuhan? Aku juga masih ingat ibuku begitu antusias saat aku membacakan puisi hujan untuknya kala aku baru bisa membaca.Aku masih ingat gurat wajah ibuku.
kecelakaan itu adalah jalanku kembali kepadanya, waktu itu aku baru saja melewatkan makan siang bersama ibuku aku hanya mengambil segelas susu dan aku habiskan separuhnya, aku segera mencium tangannya dan meminta doanya agar presentasiku hari ini sukses, ibuku sempat melarangku pergi karena katanya ia tak ingin aku pergi, dia ingin aku dirumah saja saat itu, atau dia akan meminta seseorang untuk mengantarku, aku pun hanya tersenyum dan aku bilang kalau aku akan baik-baik saja. Saat itu dihatiku pun sempat diselimuti rasa ragu akan sikap ibuku, tapi tak ku hiraukan karena aku tahu aku harus melakukan presentasi itu,saat mobil itu menyambarku hanya buram yang ku lihat, aku pun tak tahu berapa banyak orang yang berteriak minta tolong dan mengerubungiku,kepalaku terlalu pusing untuk keramaian itu. Saat aku terbangun aku telah melihat keluargaku menangis di sisi ranjang seorang gadis, aku hampir tak mengenalinya karena perban dan masker oksigen yang dipakainya. Irama mesin perekam denyut jantung surai bersama isak tangis.aku hampir tak kuat berada dalam suasana itu, karena aku tahu sekeras apapun aku berteriak,mereka tidak mendengar. Aku pun mencari mungkin ada orang di luar ruangan yang bisa mendengarkanku, menyampaikan kepada buku bahwa aku masih hidup dan baik baik saja, aku akan segera kembali ke tubuhku. Aku ingin mereka tidak sedih.
Sampai aku lama menunggu supaya Tuhan mengijinkanku kembali ke tubuhku, ternyata Tuhan bilang kalau aku sudah saatnya memenuhi panggilannya. Aku hanya bisa melihat dari kejauhan pecah tangis orang-orang melihat wajahku ditutup.
Sekilas aku pun memendam saat-saat terakhirku dalam-dalam..
Ah..Tuhan..ijinkan aku memeluk ibuku,,kenapa 2 merpati tadi yang bisa melihatku? Kenapa bukan ayah dan ibuku?Aku sudah tidak memohon untuk tidak hidup kembali, karena itu melanggar kehendak-Mu, aku ingin mereka bisa melihatku dan aku bisa memeluk mereka dan bilang aku di sini baik baik saja. Agar mereka tidak berlarut-larut dalam kesedihannya.
Aku ingin mereka secepatnya merelakanku kembali kepada-Mu.

