Seusai sholat ashar aku teringat seorang teman MI (Madrasah Ibtidaiyah/SD). Rumahnya beberapa blok dari rumahku sebut saja namanya ulfa dia lebih tua 2 tahun dari aku tapi kami satu angkatan itu karena aku masuk dalam kategori murid yang terbilang muda di bandingkan dengan teman- teman satu angkatanku semua. meskipun kami seangkatan tapi aku tak pernah sekelas dengan dia. Aku kelas A dan dia di kelas B.tapi kami selalu bermain, belajar dan mengaji bersama.
saat aku masih kelas 3 MI, aku bukanlah seorang murid yang pintar waktu itu karena sampai kelas 3 pun aku tidak pernah masuk 10 besar, tapi akulah anak yang paling lancar membaca kala itu.hmm sungguh 2 hal yang ironi. :-) . nah, temanku ini tergolong anak jenius kala itu sejak kecil sudah apal berbagai doa mulai dari doa tidur sampai doa qunut yang untuk seukuran kami saat itu adalah doa terberat yang bikin mati gaya saat menghapalkannya.:)
Dia selalu menjadi juara pertama di kelas, saat mengaji di musholla pun dia tampil briiliant. Aku sering bermain dengannya dan sering bertandang ke rumahnya untuk makan sayur kelor dan semanggi buatan ibunya (inilah makanan paling aku rindu). Sampai pada suatu saat aku jatuh cinta pada masakan aneh,bentuk nya pun seprtinya tak enak untuk dimakan, tidak memikat sama sekali. Tapi baunya..jangan ditanya, sedap sekali. Itu adalah jamur tumis, jamur yang menyerupai lumut yang tumbuh di belakang sekolahku. Belakangan setiap musim tu jamur sepulang sekolah aku mencari jamur dan meminta beliau memasakkannya. Tapi saying sekarang aku tidak pernah menemui jamur itu lagi? (apa spesies jaur ini sudah punah?)
Saat aku bersamanya aku selalu terkagum-kagum oleh ceritanya, cerita tentang apa saja tentang geografi, tentang biologi, ekosistem, bioma, paku ekor kuda,pakis haji, tumbuhan monokotil dikotil, musim, iklim, itu sedikit cerita yang masih terpatri dalam ingatanku . aku pun terheran- heran bagaimana bisa dia cerita banyak tentang itu semua dan aku adalah pendengar setianya karena ceritanya selalu membuatku tertarik.
Mungkin ini anak bisa jadi lebih dari sekedar guru pikirku saat itu. Akhirnya aku tahu bagaimana dia bisa sangat cerdas dan berwawasan luas. Dia suka belajar. Dia rajin belajar dengan ibunya. Ibunya bukanlah orang yang berpendidikan ibunya seorang buruh tani, rumahnya beralas tanah . tapi ibunya selalu memberinya perhatian kepadanya untuk belajar, setiap selesai shalat maghrib selalu mengaji bersama ibunya (bagaimana aku bisa tahu ini?..hehe,,karena aku dulu nggak pernah mau ngaji sehabis maghrib dan langsung ke rumahnya untuk mengajaknya main :p ) tapi karena dia masih mengaji sehingga aku ikutlah mengaji dengan ibunya.:) saya suka dengan kedekatannya dengan ibunya dan sikap ibunya.dia suka membaca buku- buku SMP kakaknya yang berhenti sekolah di kelas 2 SMP. Tak heran umur segitu udah hapal pelajaran SMP.Dia lahap sekali membaca sekalipun di sobekan bungkus snack Rp 100,- (suerr: dia hapal ingredientsnya beberapa kudapan waktu itu. Bagi saya menghapal monosodium glutamate sulit sangat sulit di lidah. Tapi dia telah lihai mengucapnya) karena bagi saya kata itu adalah kata yang aneh..hihi..
Tapi hal ini tidak berlangsung lama karena sudah beberapa hari ini ibunya tidak di rumah, ibunya sedang ada di rumah sakit di pare ( lagi-lagi kata ini bikin saya aneh: ya,,aneh aja kok namanya lucu ya dasar anak kecil :p) kata ibuku sih ibu temanku ini ada masalah dengan payudaranya mangkanya dibawa ke rumah sakit. Semenjak ibunya di rumah sakit intensitasku ketemu dengannya bisa dihitung dengan jari dan sampai akhirnya ibu temanku menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dia masih seperti biasa, dia tidak menangis saat tahu ibunya telah kembali kepada Allah. Mungkin dia syok atau dia terlalu kuat ? yang pasti saat itu aku yang menangis tersedu-sedu dikamar mandi (kenapa di kamar mandi? Saya kira ini tempat yang tepat untuk menangis tanpa diketahui orang).
Untuk sementara dia tinggal dengan neneknya di dusun sebelah, dan otomatis aku tidak bertemu dengannya.Saat di sekolah pun aku tak melihatnya bermain di lapangan saat istirahat.
Dan saat Akhir caturwulan nilainya mulai merosot ke posisi 2,3,7,9 dan pernah dia tidak masuk 10 besar. Padahal tidak pernah saat akhir cawu dia tidak di posisi pertama.sulit sekali menggesernya. Aku tak bisa membayangkan bagaimana kehilangan seorang sosok ibu.
Sekarang aku mengerti beliau dulu meninggal karena kanker payudara. Penyakit pembunuh perempuan ke 2 setelah kanker serviks. Andai penyakit itu bisa di deteksi lebih awal. Dan andai dulu pengobatannya maksimal. Mungkin bisa sembuh atau mungkin masih bisa hidup lebih lama.
Insya Allah semua ada hikmahnya
BalasHapuswohh... ceritanya sedih...
BalasHapussemoga ibu sahabatmu mendapatkan ampunan dan tempat yg layak disisi Allah,amien.....
BalasHapus(terharu)
BalasHapusdee:iya amiin..^^terimakasih dee
BalasHapusmr dieka: Hmmm....iya..
mb senja: Amiin..trmkasih mb..
kira:^^